Rabu, 20 April 2011

"Saya tidak memberontak, tidak berpaling kembali." (Yesaya 50:5)

Penderitaan dan daya tahan dalam nama Tuhan tidak unik untuk Yesus, namun. Bagian ini juga menjelaskan kesulitan dialami oleh nabi yang memberitakan firman Tuhan untuk Israel. Untuk kesaksian mereka, Yeremia, Yehezkiel, Amos, dan banyak lainnya menderita di tangan orang-orang mereka sendiri. Yeremia, misalnya, dilemparkan ke sebuah berlumpur, ditinggalkan waduk di mana ia berharap ia akan kelaparan. Dia akhirnya diselamatkan, tetapi kemudian diculik dan dibawa ke Mesir melawan kehendak-Nya. Elia berada di bawah terus-menerus bahaya eksekusi oleh Ratu Izebel. Bahkan Yehezkiel-hidup dengan sesama orang Yahudi dalam pengasingan di Babel yang merupakan tempat orang buangan.

Apa yang menonjol dan berbeda dalam penderitaan Yesus dengan para nabi adalah sikap penyerahan bersedia berkorban untuk umat-Nya (Yesaya 50:5-6). Terinspirasi oleh cinta, Yesus bebas memilih untuk memberikan hidupnya untuk memenangkan kebebasan kita. Dia meramalkan penganiayaan, penyiksaan, dan kematian yang akan menjadi milik-Nya, Yesus menyerahkan diri untuk penindas-Nya (50:6). Yang tidak bersalah mati bagi yang bersalah, yang setia mati untuk yang tidak setia. Ini adalah tindakan terbesar dari cinta dunia yang pernah dikenal.

Besok kita mulai Tridium, perayaan tiga hari besar penebusan kita. Selama hari-hari ini, kami akan ingat penderitaan dengan mana Yesus menawarkan jalan kembali kepada Allah dari pengasingan, ketidaktaatan dan dosa. Dalam liturgi kita akan menghidupkan kembali drama jam terakhir Yesus dan terungkapnya rencana keselamatan Tuhan. Mari kita menghabiskan hari ini merenungkan Yesus, Hamba Allah yang bebas menawarkan dirinya untuk musuh-musuhnya. Biarkan pujian berkumandang di hati kita ketika kita memandang penderitaan Mesias-Raja!

"Terpujilah nama, Yesus! Dengan kematian dan kebangkitan Engkau, Engkau telah mengisi kita dengan segala berkat rohani dari surga. Kami menyatakan Engkau sebagai Bapa, Anak Allah, dan Diurapi. Nama Engkau selalu ditinggikan selamanya! "

Selasa, 19 April 2011

Menjadi Murid Kristus

Lukas 9:23-25: Menjadi Seorang Murid Kristus
Yesus berkata, "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?" (Lukas 9:23-25)
Murid-murid Kristus adalah mereka, baik pria maupun wanita, yang melangkah masuk ke dalam kehidupan Kristus serta kasihNya kepada semua orang dan berkeinginan untuk menghayati kehidupan sebagaimana yang telah dihayati oleh Kristus. Selama Kehidupan Kristus di dunia, sejumlah murid berjalan mengikutiNya. Mereka mengikuti jejak Kristus dari satu tempat ke tempat yang lain agar dapat mendengarkan pengajaranNya. Beberapa dari mereka terus mengikutiNya hingga saat-saat yang paling gelap dalam kehidupan Kristus, terutama pengalaman salib dan kematianNya. Namun jumlah mereka hanya beberapa saja. Banyak diantara mereka yang telah pergi meninggalkannya lebih awal, setelah hidup bersamaNya setelah beberapa waktu lamanya.
Bagi mereka yang ingin berjalan bersamaNya, panggilan Kristus merupakan sesuatu yang radikal dan tiada bandingnya. Dia meminta kita untuk "menyangkal" diri kita sendiri. Kata ini cukup sulit dipahami oleh pola pikir masa kini. Hal ini tidak bermakna kita harus menyangkal siapakah diri kita sebenarnya. Kita dipanggil untuk menanggalkan bagian diri kita yang dapat membawa kita ke arah yang berlawanan dari kehidupan Kristus dan ajaran-ajaranNya. Dari ayat 25, kita memahami dengan jelas bahwa Yesus tidak meminta kita untuk kehilangan diri kita sendiri. Lebih dari itu, Kristus mengundang kita untuk menemukan siapa diri kita sebenarnya dengan jalan mengikuti jejak langkahNya. Hal ini dilakukan bukan dengan sikap yang hangat-hangat kuku dan dengan berlenggang kangkung namun langkah-langkah ini haruslah dilakukan hanya dengan sepenuh hati dan dengan segenap kekuatan yang kita miliki. Dengan demikian para murid dapat mengikuti jejak langkah Sang Guru.
Salib yang Yesus bicarakan di sini adalah salib yang kita harus pikul "setiap hari". Yesus tahu bahwa para pengikutNya akan menghadapi banyak rintangan dan cobaan. Dia mendukung semangat mereka untuk berani menerima tantangan, mengorbankan diri mereka bagi Injil tanpa rasa takut akan penderitaan yang menimpa serta mendorong mereka untuk menemukan kepenuhan hidup.
Sebenarnya, jika kita berjalan mengikuti jejak-jejak Kristus pada saat ini sebagaimana yang telah dilakukan para Rasul pada saat itu maka kita tidak dapat menghindar dari kenyataan bahwa kita harus berenang melawan arus dan sekaligus menjadi "tanda yang berlawanan" dalam masyarakat. Akankah kita membalikkan punggung, demi menyelamatkan citra dan memperoleh rasa aman, saat kita menghadapi beragam rintangan ataukah kita akan terus bergerak maju dengan penuh rasa percaya diri, dengan berani dan dengan anugerah kehidupan kita? Kristus sendiri tidak menderita secara pasif namun Dia memberikan kehidupanNya bagi umat manusia. Memang benar bahwa panggilanNya tidaklah mudah. Namun bagi mereka yang mengorbankan dirinya demi Kristus dan Injil akan mendapatkan sukacita dan anugerah yang dijanjikan kepada mereka berlipat seratus kali lipat (lihat Markus 10:28-30).
- Apakah maknanya bagi saya “berjalan mengikuti jejak Kristus” hari ini? Apakah yang menjadi “salib”, yang harus aku "pikul setiap harinya" dalam meniti jalan ini?
- Dalam keadaan seperti apakah yang membuat kita menjadi "tanda yang bertentangan" dalam masyarakat kita saat ini?



sumber : http://www.taize.fr