Senin, 27 Agustus 2012

"FATHER, BLESS MY MAMA MARY, PLEASE!






Misa sore/malam akan segera dimulai di kapel kecil itu...Terlihat oleh mata sebuah pemandangan indah; si bocah kecil itu mulai berlutut di barisan bangku yang akan saya lewati dari kamar sakristi menuju altar. Melihat pemandangan berahmat itu, kukeluarkan "handphone" yang ada di saku celanaku dan kupotret si bocah kecil itu. Kutahu bahwa sahabat si bocah itu pasti menginginkan aku untuk menulis lagi sesuatu tentang-Nya atau tentang ibu-Nya atau tentang sahabat cilik-Nya itu. Misa pun dimulai seperti biasa...dan si bocah kecil itu tetap mengikutinya dengan khusyuk dari awal sampai akhir tanpa ditemani oleh teman-temannya maupun orang tuanya.

Sesaat ketika mengakhiri misa (dan sesuai dengan kebiasaan orang Katolik Filipina, setelah berkat penutup imam harus mericiki umat dengan air suci) maka mulai kuperciki umat yang hadir di kapel kecil itu. Tiba-tiba si boca tadi berjalan perlahan penuh hormat, menarik ujung lengan jubahku dan berkata pelan: "Father, bless my Mama Mary, please! Melihat senyum indahnya aku langsung mengarahkan air berkat kepada si bocah itu, berdiam sejenak di hadapannya, memohonkan berkat atas patung Bunda Maria di tangan si bocah itu, dan, kemudian menempelkan tanganku pada dahi anak itu sebagai berkat untuknya, sementara umat lain hanya berdiri tercengang memandang pemandangan yang berlangsung sekejab itu.

Entahkah ada yang menyuruh atau atas kehendak si bocah itu sendiri, tapi rasanya Tuhan sungguh hadir di dalam diri sahabat cilik-Nya, dan seakan Ia berkata; "Romo, berkatilah Mama-Ku." Di satu pihak, aku menyadari betapa luhurnya imamat yang Yesus sematkan dalam bejana tanah liat diriku, tapi serentak Ia juga percaya bahwa melalui imamat itu, aku akan menjadi berkat bagi banyak orang asalkan hidupku selalu berpaut pada-Nya. Teringatlah aku akan sabda-Nya: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yoh 15:4) Demikian pun imamat takan berarti bila para imam melepaskannya dari Sang Pemberi rahmat itu kepada mereka. Bagaimana mengertinya? Doa dan misa sebagai sarana untuk berelasi dengan Yesus adalah wajib hukumnya bagi para imam. Dengan kata lain, imam yang mengabaikan doa dan misa harian sama dengan ia sedang menghantar imamatnya ke tepi jurang, yang tinggal menunggu tiupan angin kencang dan jatuhlah imamat ke jurang kehancuran. Sementara iman si bocah yang terlihat dalam foto ini sungguh mengungkapkan sebuah iman yang polos yang dipuji dan dijadikan oleh Yesus sebagai syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah; "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga."(Mat 18:3)

Malam ini kudatangi engkau sahabatku dan membisikkan: "Bukalah mata dan hatimu di mana pun Anda berada dan kemana pun Anda pergi karena sesungguhnya Ia akan menjadikan segala yang ada di sekitarmu sebagai bahan dan sarana pembelajaran bagimu untuk semakin dekat dengan-Nya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar